Adanya pemberitaan di salah satu media harian di Banjarmasin yang
memberitakan tentang adanya jemaah calon haji kloter 9 asal kabupaten
Tanah Laut yang mengalami penipuan tidak sepenuhnya benar.
Secara kronologis kejadian, awalnya ibu Nursiwan terpisah bersama 2 calon jemaah lainnya ketika sa’i seusai melaksanakan tawaf. Mereka menunggu teman-teman mereka di tempat sa’i, namun tidak bertemu juga. Pada saat itulah datang 2 orang yang dengan logat bahasa banjar dan telah lama tinggal di Makkah. Kemudian mereka meminta paksa dokumen yang dipegang oleh ibu Nursiwan dengan alasan untuk diserahkan kepada pihak kepolisian. Sebagaimana dilaporkan petugas kloter 9 Drs. Hidayaturrahman dalam laporannya.
“perlu kami luruskan bahwa ibu Nursiwan ini terpisah bersama dua orang jemaah lainnya dari Kabupaten Tanah Laut ketika melaksanakaan tawaf bersama rombongannya dan kemudian sa’I, di tempat sa’I inilah mereka menunggu teman-temannya. Namun, tidak ketemu dan di saat inilah datang 2 orang banjar yang sepertinya telah lama tinggal di Makkah. Jemaah telah berulang kali kami beri pembekalan agar tidak mudah percaya dengan orang. Menurut ibu Nursiwan beliau di paksa untuk menyerahkan dokumen beserta uangnya oleh 2 orang laki-laki yang berbahasa banjar dengan alasan untuk diserahkan kepada pihak kepolisian. Dan setelah diserahkan dia langsung lari. Maka sejak itulah beliau tidak memiliki lagi dokumen,” jelas pak Hidayat.
Untuk mengantisipasi kejadian serupa, pihak petugas kloter 9 telah mengadakan rapat dengan para ketua regu, agar jemaah senantiasa bersama-sama dengan rombongan. Selain itu, untuk paspor an dapih jemaah, kini disimpan di maktab, tas jemaah hanya berisi buku kesehatan dan uang lifing cost yang dibagikan waktu di embarkasi.
Drs. Hidayaturrahman juga mengabarkan bahwa kondisi jemaah calon haji kloter 9 dalam kondisi sehat wal’afiat, jadi para keluarga jemaah tidak perlu merasa cemas. Karena sudah ada ketua kloter beserta petugas lainnya yang mendampingi jemaah, termasuk petugas kesehatan.(kutip kalsel.kemenag.go.id)
Secara kronologis kejadian, awalnya ibu Nursiwan terpisah bersama 2 calon jemaah lainnya ketika sa’i seusai melaksanakan tawaf. Mereka menunggu teman-teman mereka di tempat sa’i, namun tidak bertemu juga. Pada saat itulah datang 2 orang yang dengan logat bahasa banjar dan telah lama tinggal di Makkah. Kemudian mereka meminta paksa dokumen yang dipegang oleh ibu Nursiwan dengan alasan untuk diserahkan kepada pihak kepolisian. Sebagaimana dilaporkan petugas kloter 9 Drs. Hidayaturrahman dalam laporannya.
“perlu kami luruskan bahwa ibu Nursiwan ini terpisah bersama dua orang jemaah lainnya dari Kabupaten Tanah Laut ketika melaksanakaan tawaf bersama rombongannya dan kemudian sa’I, di tempat sa’I inilah mereka menunggu teman-temannya. Namun, tidak ketemu dan di saat inilah datang 2 orang banjar yang sepertinya telah lama tinggal di Makkah. Jemaah telah berulang kali kami beri pembekalan agar tidak mudah percaya dengan orang. Menurut ibu Nursiwan beliau di paksa untuk menyerahkan dokumen beserta uangnya oleh 2 orang laki-laki yang berbahasa banjar dengan alasan untuk diserahkan kepada pihak kepolisian. Dan setelah diserahkan dia langsung lari. Maka sejak itulah beliau tidak memiliki lagi dokumen,” jelas pak Hidayat.
Untuk mengantisipasi kejadian serupa, pihak petugas kloter 9 telah mengadakan rapat dengan para ketua regu, agar jemaah senantiasa bersama-sama dengan rombongan. Selain itu, untuk paspor an dapih jemaah, kini disimpan di maktab, tas jemaah hanya berisi buku kesehatan dan uang lifing cost yang dibagikan waktu di embarkasi.
Drs. Hidayaturrahman juga mengabarkan bahwa kondisi jemaah calon haji kloter 9 dalam kondisi sehat wal’afiat, jadi para keluarga jemaah tidak perlu merasa cemas. Karena sudah ada ketua kloter beserta petugas lainnya yang mendampingi jemaah, termasuk petugas kesehatan.(kutip kalsel.kemenag.go.id)
0 Komentar